Pada perayaan Idul Adha kali ini, saya berkesempatan untuk menyimak khutbah yang disampaikan di Masjid Baiturrohim, Dusun Semanding, Desa Banggle, Kecamatan Kanigoro, Kabupaten Blitar. Khutbah yang penuh makna ini mengajak kita semua untuk merenungi dan menerapkan nilai-nilai Idul Adha dalam kehidupan sehari-hari. Berikut ini adalah ringkasan khutbah yang telah saya simak.
Wukuf di Padang Arafah: Simbol Ukhuwah dan Asal Usul Manusia
Dalam khutbah tersebut, dijelaskan bahwa wukuf di Padang Arafah adalah momen penting dalam ibadah haji. Tempat ini diyakini sebagai lokasi pertemuan Nabi Adam dan Hawa setelah diturunkan dari surga, yang menjadi simbol awal kejadian manusia. Wukuf mengingatkan kita akan asal usul manusia dan mengajarkan pentingnya ukhuwah islamiah, basariyah (kemanusiaan), dan watoniah (kebangsaan). Kita diajak untuk bersatu dalam iman, kemanusiaan, dan cinta tanah air, membangun masyarakat yang harmonis dan saling menghormati.
Wukuf sebagai Momen Spiritual Mendalam
Khutbah tersebut juga menekankan bahwa wukuf di Arafah adalah momen spiritual yang mendalam. Sifat diam dari wukuf mengajak kita untuk membersihkan hati dari sifat ujub (bangga diri) dan berusaha menjadi hamba yang lebih baik di hadapan Allah SWT. Ini adalah waktu untuk introspeksi, memohon ampunan, dan mendekatkan diri kepada Allah.
Kurban: Menguji Ketaatan dan Keikhlasan
Khutbah tersebut menguraikan makna kurban yang lebih dalam dari sekadar ritual penyembelihan hewan. Kisah Nabi Ibrahim yang diperintahkan untuk menyembelih anaknya, Ismail, adalah ujian ketaatan dan keikhlasan yang luar biasa. Namun, perintah tersebut sebenarnya adalah untuk menyembelih nafsu kemanusiaan dan rasa memiliki.
Nabi Ibrahim menunjukkan totalitas keikhlasan dan ketaatannya kepada Allah, dan Allah menggantikan Ismail dengan seekor domba. Ini menginspirasi awal ibadah kurban dan mengingatkan kita bahwa segala sesuatu adalah milik Allah dan akan kembali kepada-Nya. Kurban mengajarkan kita untuk menghilangkan sifat kebinatangan dan rasa memiliki, serta meningkatkan kesadaran tauhid.
Sebagaimana disebutkan dalam Al-Quran, “Akan tetapi mereka mempunyai hati, namun tidak mereka gunakan untuk memahami (ayat-ayat Allah), mereka mempunyai mata (tetapi) tidak mereka gunakan untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak mereka gunakan untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu seperti hewan ternak, bahkan lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai.” (QS. Al-A’raf: 179)
Tiga Hal Penting dalam Perayaan Idul Adha
Setidaknya ada 3 hal penting yang bisa kita ambil pelajaran dari momen Idul Adha yaitu:
1. Semangat Persaudaraan dan Solidaritas: Idul Adha mengingatkan kita akan pentingnya membangun dan memperkuat ukhuwah islamiah. Dengan saling berbagi melalui kurban, kita menumbuhkan rasa kebersamaan dan solidaritas dalam masyarakat.
2. Refleksi Diri dan Pengembangan Spiritual: Wukuf di Arafah sebagai momen introspeksi mendalam, mendorong kita untuk membersihkan hati dari sifat buruk dan mendekatkan diri kepada Allah SWT. Ini adalah saat yang tepat untuk mengevaluasi diri dan memperbaiki hubungan kita dengan Sang Pencipta.
3. Pengorbanan dan Keikhlasan: Kurban adalah simbol pengorbanan dan keikhlasan. Melalui ritual ini, kita belajar untuk melepaskan rasa memiliki dan menyadari bahwa segala sesuatu adalah titipan dari Allah SWT. Pengorbanan kita mencerminkan ketaatan dan keikhlasan dalam menjalankan perintah-Nya.
Khutbah ini memberikan kita pemahaman yang lebih dalam tentang makna Idul Adha. Mari kita jadikan Idul Adha ini sebagai momen untuk memperkuat tauhid dan kesadaran spiritual kita. Kita diajak untuk menyembelih sifat kebinatangan dan rasa memiliki, serta membangun ukhuwah islamiah, basariyah, dan watoniah. Semoga Allah SWT menerima segala amal ibadah kita dan membimbing kita menjadi hamba-Nya yang lebih taat dan ikhlas. Semoga bermanfaat.
Kreator: Siti Nazarotin
Foto: Dokumentasi Pribadi diolah dari canva
Sumber:
1. QS Al A’raf 179
2. Khutbah Idul Adha di Masjid Baiturrohim