KKG PAI Kabupaten Blitar

MAKNA PERINGATAN HUT KE – 79: SEMANGAT BARU GURU PAI DALAM MEMBENTUK KARAKTER SISWA

Hari Sabtu tanggal 17 Agustus 2024 merupakan peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) Kemerdekaan Republik Indonesia ke – 79. Tema yang diusung kali ini sangat istimewa yaitu, “Nusantara Baru Indonesia Maju”. Tema ini menyiratkan makna semangat baru bangsa Indonesia dalam menyongsong dan menyambut langkah menuju Indonesia Emas tahun 2045. Nusantara Baru Indonesia Maju bukan hanya berarti bahwa Indonesia akan mempunyai pemimpin baru, tapi lebih dari itu, berpindahnya Ibu Kota Negara Republik Indonesia dari Jakarta ke Ibu Kota Nusantara (IKN) di Kabupaten Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur, dengan tujuan mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia dan mewujudkan pemerataan pembangunan yang selama ini terpusat di Jakarta dan pulau Jawa. Pemindahan yang dicetuskan sejak presiden pertama Indonesia Ir. Soekarno dan akhirnya baru bisa dieksekusi di era kepemimpinan presiden Joko Widodo.

Tema “Nusantara Baru Indonesia Maju” bukan hanya simbol yang ada dalam perayaan, tetapi juga mencerminkan semangat dan harapan bangsa Indonesia di tahun 2024 ini dan tahun- tahun yang akan datang. Makna ini sangat sesuai dengan semangat para guru dalam membentuk karakter siswa sebagai generasi harapan bangsa. Semangat menjadi teladan yang baik dalam tingkah laku dan ucapannya, menjadi panutan dalam menjaga hubungan dengan sang pencipta dan juga dengan sesamanya, serta semangat dalam mencintai dan menjaga tanah air Indonesia tempatnya lahir, dibesarkan, dan mengabdi.

Dulu para pahlawan telah berjuang merebut kemerdekaan dengan semangat membara dan penuh penderitaan, kemudian berhasil meraih kemerdekaan tersebut dengan mengorbankan harta, dan semua yang dimilikinya, bahkan darahnya. Hari Kemerdekaan RI ke- 79 merupakan momen yang tepat bagi para guru untuk membangkitkan semangat dalam mengajar dan mendidik generasi muda masa depan bangsa menjadi generasi yang berkarakter. Karena mereka merupakan penerus estafet pembangunan yang akan menentukan nasib Indonesia di masa depan. Oleh sebab itu penting membentuk generasi muda yang berkarakter. yaitu generasi yang dalam dirinya

tertanam sifat, perilaku, atau akhlak yang memiliki nilai-nilai religius, nasionalis, integritas, mandiri, dan gotong royong.
Bagaimana cara guru sebagai pendidik, membentuk siswa menjadi generasi muda bangsa agar dalam dirinya memiliki nilai-nilai religius, nasionalis, inegritas, mandiri dan gotong royong? Apakah guru bisa melakukannya sendiri, ataukah harus ada peran orang tua, dan juga lingkungan yang mendukung ?

Berikut ini adalah beberapa cara dalam membentuk nilai-nilai karakter dalam diri siswa, sebagai generasi penerus bangsa:

1.Menjadi teladan yang baik
Anak-anak adalah sosok peniru ulung dalam kehidupan. Apapun yang dilakukan orang tua, guru, ataupun yang dilihat akan ditirunya. Misalnya, guru dan orang tua selalu salat di awal waktu, maka anak-anak akan mengikutinya. Selalu mengajak berbicara dengan nada yang lembut dan kasih sayang, maka anak juga akan menjawabnya dengan tutur kata yang lembut. Guru membersihkan ruangan kelas maupun halamannya, maka tanpa kita suruh, anak-anak akan ikut dengan apa yang dilakukan gurunya, yaitu bergotong royong membersihkan kelas dan lingkungannya. Saat sudah sampai dirumah orang tua juga harus bisa bekerjasama, agar nilai-nilai yang sudah tertanam di sekolah dilanjutkan dan diperkuat lagi di rumah dan di lingkungan tempat mereka tinggal.

2.Melalui pembiasaan
Menanamkan ataupun membentuk nilai-nilai karakter religius, nasionalis, integritas, mandiri, dan gotong royong tidak hanya bisa dilakukan dengan teladan yang baik. Nilai karakter itu akan tertanam kuat dengan melalui pembiasaan-pembiasaan. Misalnya selalu melaksanakan upacara bendera setiap hari Senin, menyanyikan lagu kebangsaan setiap hari ketika pelajaran akan dimulai, membaca ikrar Pancasila setiap upacara bendera dan setiap selesai senam pagi, mengadakan peringatan Hari Besar Nasional, maka sikap nasionalisme akan semakin tumbuh dan berkembang di dalam diri siswa. Dalam rangka melaksanakan kegiatan program Sekolah Sak Ngajine, semua lembaga menanamkan kebiasaan itu, diantaranya adalah, setiap pagi anak-anak dibiasakan melaksanakan saalat duha, muraja’ah juz ’amma, murajaah Asmaul Husna, kemudian pada siang harinya sebelum salat duhur berjamaah anak-anak dibiasakan belajar membaca Al-Quran secara bergantian dengan disimak oleh para guru yang ditunjuk oleh masing-masing sekolah.

3.Melalui nasehat dan pengajaran
Siswa mengingat gurunya tidak hanya dari teladannya. Tapi juga melalui pesan-pesan moral di setiap pembelajaran. Kaitannya dengan pembentukan dan penguatan karakter, bercerita tentang kisah para nabi bertujuan untuk meneladani akhlak dan karakter nabi. Misalnya dari nabi Muhammad siswa bisa belajar dan meneladani akhlak mulianya, kejujurannya, keberaniaanya dan keikhlasannya dalam menjalani hidup. Dari nabi Adam AS, siswa bisa belajar tentang menjaga komitmen, yaitu ketika nabi Adam dan Siti Hawa tidak bisa menjaga komitmen, maka risiko yang ditanggungnya sangat besar, yaitu diturunkan ke dunia dan dipisahkan selama puluhan tahun dari Siti Hawa. Dari kisah Ashabul Kahfi siswa bisa belajar bagaimana menjaga integritas keimanan. Dan kisah lainnya.

Demikian diantara cara guru dalam membentuk karakter siswa sebagai generasi muda harapan masa depan bangsa. Hal ini penting dilakukan karena karakter yang baik akan membentuk individu menjadi manusia yang mempunyai moral yang baik dan bertanggung. Juga merupakan faktor yang dapat membantu siswa menjadi pemimpin Indonesia yang baik di masa depan. Semoga bermanfaat.

Penulis: Jauharotul Badiah (GPAI UPT SDN Gandekan 04)
Editor: St. Nazarotin, S.Ag (Ketua Tim Jurnalistik KKG PAI Kab. Blitar)
Ilustrasi Gambar: Dokumentasi St. Nazarotin diolah dengan Canva

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *