Bulan Juni telah memasuki liburan sekolah, dan peserta didik mulai menikmati kegiatan bersama orang tua. Hal ini secara tidak langsung menempatkan pengasuhan dan pendidikan peserta didik sepenuhnya di tangan orang tua. Meski demikian, masih banyak masyarakat yang berpendapat bahwa pengasuhan anak di rumah adalah tanggung jawab seorang ibu. Padahal, pengasuhan anak tidak semata-mata tanggung jawab seorang ibu. Peran seorang ayah juga sangat diperlukan dalam pengasuhan dan pendidikan anak.
Untuk menerapkan pengasuhan dan pendidikan yang baik di rumah, orang tua perlu mengembangkan konsep diri yang positif terhadap diri dan kehidupan mereka. Dengan begitu, mereka dapat menjadi contoh yang baik bagi anak-anak. Orang tua adalah contoh pertama dan utama bagi anak-anak, baik melalui perkataan maupun perbuatan. Oleh karena itu, orang tua perlu memahami diri mereka sendiri terlebih dahulu.
Faktor ekonomi tidak menjadi hal yang dominan untuk bisa menjadi orang tua yang baik. Hal yang paling dibutuhkan oleh anak adalah kasih sayang dan perhatian, yang tidak bisa digantikan oleh apapun. Mengingat momen kebahagiaan saat menjadi orang tua dapat memperkuat rasa kasih sayang kepada anak. Selain itu, berbagi dan berdiskusi dengan pasangan mengenai masalah atau tantangan dalam mengasuh anak dapat meringankan beban dalam menghadapi masalah yang ada.
Setiap orang tua memiliki cara yang berbeda dalam menunjukkan kasih sayangnya. Yang harus diperhatikan adalah menunjukkan kasih sayang dengan cara yang lembut tanpa kekerasan, baik secara verbal maupun non-verbal, serta bertindak cepat dan tepat dalam memenuhi kebutuhan anak. Kebutuhan anak berbeda dengan keinginan anak, namun masih banyak orang tua yang hanya memenuhi keinginan anak sehingga membuat anak menjadi manja.
Orang tua harus konsisten dalam setiap perilaku yang ditujukan kepada anak. Misalnya, saat anak melakukan sesuatu dan ibu memberikan respon positif, ayah juga harus melakukan hal yang sama. Dengan demikian, anak bisa mempelajari apa yang dapat dia lakukan dan batasan-batasan yang harus dia terapkan.
Misalnya, ketika anak tidak mau merapikan mainannya, ibu berkata, “Rapikan mainanmu atau tidak bisa menonton TV besok.” Anak tetap tidak merapikan, sehingga ibu tidak mengizinkan menonton TV. Saat terjadi lagi, ayah juga berkata sama dan memberikan konsekuensi yang sama. Dengan konsistensi ini, anak belajar bahwa aturan dari ibu dan ayah adalah sama.
Saat orang tua bekerja sama dalam pengasuhan anak, tugas tersebut akan terasa lebih ringan. Oleh karena itu, orang tua perlu menyisihkan waktu untuk berdiskusi dan menyepakati pola pengasuhan yang akan diterapkan. Mereka harus memilih dan memilah apa yang dibutuhkan oleh anak, membagi tugas dalam pengasuhan, menentukan cara memberi hadiah saat anak berhasil melakukan sesuatu, serta menetapkan cara mengatasi perilaku buruk anak.
Setelah itu orang tua bisa melibatkan anak dalam membuat kesepakatan terkait apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan serta hadiah atau konsekuensinya. Hal ini penting dilakukan karena beberapa anak saat tidak bisa mendapatkan apa yang diinginkannya dari ibu, dia mencoba memintanya dari ayah dengan jurus rengekan. Kesepakatan yang telah dibuat bersama harus dilaksanakan secara konsisten sehingga mengajarkan anak tentang tanggung jawab. Semoga bermanfaat.
Kreator: Rizky Megawanto (Tim Jurnalistik Kec. Selorejo)
Foto: https://www.haibunda.com/parenting
Editor: Siti Nazarotin (Tim Jurnalistik KKG PAI Kabupaten Blitar)