KKG PAI Kabupaten Blitar

Kisah Inspiratif Seorang Guru Honorer Menjadi Juara Lomba Menulis

Saya adalah seorang guru honorer mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) di Kecamatan Wonodadi, tepatnya sebagai GPAI di UPT SD Negeri Gandekan 04. Saya memiliki minat yang besar dalam dunia tulis-menulis. Saat kuliah S2, saya pernah berkontribusi dalam sebuah antologi bersama teman-teman sekelas. Selain itu, saya juga beberapa kali terlibat dalam penulisan antologi bersama teman-teman di salah satu penerbit.

Meskipun demikian, baru kali ini saya mengikuti lomba menulis, dan saya bersyukur kepada Allah karena diberikan keberhasilan menjadi salah satu pemenangnya.
Suatu ketika ketua KKG (Kelompok Kerja Guru) kecamatan Wonodadi menyampaikan pengumuman terkait lomba menulis tingkat kabupaten melalui grup perpesanan. Diadakan dalam rangka memperingati Hari Pendidikan Nasional tahun 2024. Saya langsung tertarik untuk ikut serta. Namun, karena kesibukan lain, saya tidak segera memulai menulis. Sekitar satu minggu kemudian, saya baru benar-benar membuka laptop dan fokus menulis.

Setiap kali ide muncul, saya segera mencatatnya. Proses menulis kadang lancar, tapi terkadang juga saya mengalami kebuntuan. Ketika itu terjadi, saya memilih untuk berhenti sejenak dan menutup laptop. Dengan begitu, saya bisa memulai kembali dengan pikiran yang segar dan lebih produktif.

Esok hari, setiap kali muncul ide baru, saya membuka laptop atau kadang-kadang jika tidak memungkinkan, saya langsung membuka aplikasi ColorNoot di hp. Aplikasi ini biasanya saya gunakan untuk mencatat hal-hal penting agar tidak terlupakan. Sebelum melanjutkan menulis, saya selalu membaca ulang hasil tulisan yang sudah ada. Seringkali saya menemukan kata atau kalimat yang tidak sesuai dengan harapan, dan saya memperbaikinya lagi. Proses ini berulang-ulang selama beberapa hari.

Salah satu dosen saya pernah mengatakan bahwa kunci dalam menulis adalah menangkap ide saat itu juga. Jika ide muncul pada saat kita sedang dalam perjalanan, berkendara, atau bahkan sibuk beraktivitas, biasanya ide tersebut sangat bagus dan cemerlang. Dia juga menyarankan agar kita tidak menghapus tulisan yang baru ditulis atau diketik. Jika merasa ada yang tidak sesuai, lebih baik melanjutkan saja. Memperbaiki bisa dilakukan di lain waktu atau lain hari. Kebiasaan sering menghapus atau mengubah tulisan dapat membuat ide menjadi buntu dan hasil akhir menjadi berantakan.

Ketika saya sedang menyelesaikan tulisan, saya sangat berharap bisa menjadi salah satu pemenangnya. Namun, saya juga tidak terlalu yakin menang karena saya yakin peserta lain juga memiliki tulisan yang sangat bagus. Oleh karena itu, saya benar-benar ingin tulisan saya kali ini menjadi sempurna.
Selama berhari-hari, hampir setiap kesempatan yang saya dapatkan, saya meluangkan waktu untuk menulis. Proses ini hampir mirip seperti saat saya menyelesaikan Tesis. Saya mengharuskan diri sendiri untuk membuka laptop dan menulis setiap hari, meskipun kadang-kadang hanya bisa menambahkan satu paragraf saja.

Setelah tulisan hampir selesai, saya melakukan banyak kali pembacaan ulang sambil merevisi dan meninjau kata-kata yang mungkin kurang pas. Saya juga menyesuaikan jumlah kata sesuai dengan yang ditentukan oleh panitia lomba. Ketika membaca kembali tulisan di hari-hari berikutnya, saya selalu menemukan kata-kata yang perlu diperbaiki. Terkadang, saya juga menemukan kesalahan seperti huruf yang seharusnya kecil tertulis besar, atau sebaliknya.

Motivasi utama saya mengikuti lomba saat itu adalah ingin memberikan contoh bagi putri pertama saya yang sedang menyelesaikan tugas akhirnya, yakni jurnal dari Skripsi, agar semakin rajin menulis dan segera menyelesaikan tugasnya untuk segera submit jurnalnya. Saya berharap jurnalnya bisa segera terbit, Insya Allah.

Selain itu, dalam benak saya juga terbersit keinginan untuk mendapatkan reward yang dijanjikan, berupa trofi, sertifikat, dan uang. Bagi saya pada saat itu, yang paling menarik adalah uang. Saya yakin banyak guru, termasuk saya yang masih guru honorer, akan memahami hal ini. Bagi kami, setiap nominal yang kami dapatkan sangatlah berharga.

Putri kedua saya, yang masih duduk di kelas lima SD, yang pertama kali melihat pengumuman pemenang lomba menulis, karena saat itu dia yang sedang memegang HP. Saya tidak pernah bercerita kepadanya bahwa saya mengikuti lomba, jadi dia belum begitu paham. Saat itu, dari dapur saya mendengar dia berteriak, “Mama ikut lomba menulis?” Saya menjawab, “Iya, Nak.” Dia kemudian berteriak lagi, “Mama menang!”
Dengan dada bergetar karena kegirangan, saya segera menghampirinya. Sambil terus mengucap Alhamdulillah, saya membuka grup WhatsApp KKG untuk memastikan kebenarannya. Ternyata benar, dan sudah banyak ucapan selamat dari teman-teman guru. Sebagai tanda syukur yang sangat besar karena telah diberikan keberhasilan oleh Allah SWT sebagai salah satu pemenang, selain terus menerus mengucap Alhamdulillah, saya juga melakukan sujud syukur.

Pengalaman ini tidak hanya memberikan kepuasan pribadi, tetapi juga menjadi inspirasi bagi putri-putri saya untuk selalu gigih mengejar cita-cita mereka. Semoga tulisan ini tidak hanya bermanfaat bagi saya pribadi, tetapi juga bagi semua yang membacanya. Terima kasih kepada semua yang telah memberikan dukungan dan doa selama ini. Saya yakin, dengan rasa syukur yang tulus, setiap pencapaian dalam hidup kita akan mengalirkan berkah dan kebahagiaan bagi semua yang kita cintai dan layani. Semoga bermanfaat.

Kreator: Jauharotul Badiah, M.Pd. (Juara III Lomba Menulis GPAI tingkat Kabupaten tahun 2024)
Editor: St. Nazarotin, S.Ag (Ketua Tim Jurnalistik KKG PAI Kab. Blitar)
Foto: liputan6.com

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *