KKG PAI Kabupaten Blitar

BERANI JADI GURU AGAMA ISLAM YANG GAUL, NO GAPTEK? SIAPA TAKUT!

Seringkali beredar pemberitaan mengenai hal-hal negatif bahkan kriminal yang terjadi di kalangan generasi muda, khususnya para pelajar. Bahkan tidak sedikit, mereka yang melakukannya adalah anak berusia 10-15 tahun atau pada masa usia remaja awal. Kebanyakan penyebabnya adalah media sosial. Dengan dalih “ikut trend”, mereka melakukannya tanpa rasa bersalah.

Ada beberapa contoh tindak kejahatan yang sudah merebak gegara media sosial. Di antaranya ada penipuan online, cyberbullying, penyebaran konten negatif, sampai dengan pelecehan seksual. Dengan adanya telepon seluler pintar di genggaman, mereka berpikir seolah-olah semua hal pantas untuk diikuti tanpa ada larangan maupun batasan.

Tidak bisa dipungkiri bahwa sekarang ini memang era digital. Era di mana kita bebas mencari apa pun hanya dengan berselancar di dunia internet. Kita bisa mengakses dengan mudah melalui kecanggihan teknologi. Informasi dari segala penjuru dunia dapat kita ketahui dengan hitungan detik saja. Namun kenyataannya, dampak negatif yang luar biasa sedang menyerang generasi bangsa kita. Kita dibuai dengan berbagai kemudahan tersebut, sehingga lupa bahwa seharusnya ada batasan-batasan yang harus kita tanamkan kepada anak-anak agar mereka tidak bertambah rusak akhlaknya. Karena jika dibiarkan terus menerus seperti itu, maka nasib bangsa kita taruhannya.

Lalu apa yang bisa kita perbuat untuk mengurangi bahkan menghentikan hal-hal negatif tersebut? Tentunya hal yang paling hakiki dan mendasar yaitu dengan menanamkan pendidikan agama. Dalam agama Islam, Allah telah memberikan petunjuk kepada manusia agar selamat di dunia dan di akhirat melalui Al-Quraanul Kariim. Di mana kalam-kalam Ilahi tersebut dapat dijadikan pedoman hidup sepanjang zaman. Allah juga telah mengutus manusia mulia untuk dijadikan Uswatun Hasanah bagi kaum muslim di seluruh permukaan bumi ini yaitu Nabi Muhammad saw. Kita tinggal meneladani beliau, mengikuti sunnah-sunnahnya. Nah, jika kita sebagai pendidik, maka ikutilah cara nabi dalam mendidik. Terlihat sederhana namun luar biasa hasilnya.

Jika berbicara tentang pendidikan, tentu yang pertama di pikiran kita adalah sekolah. Sekolah adalah tempat yang tepat untuk menempa dan mendidik generasi bangsa. Sekolah merupakan tempat menyalurkan semua ilmu yang nantinya menjadi bekal untuk menjalani kehidupan ketika anak-anak sudah dewasa. Maka dari itu, dalam kurikulum di Indonesia mewajibkan Pendidikan Agama harus ada di semua jenjang sekolah.

Untuk Pendidikan Agama Islam itu sendiri, mengajarkan bahwa mulai dari ketika nyawa dihembuskan pada janin di dalam rahim ibu, harus mulai ditanamkan nilai-nilai akhlak mulia yaitu dengan cara orang tua yang harus meningkatkan ibadahnya, bersikap baik, dan melakukan hal-hal yang tidak melanggar norma agama.

Ini menunjukkan bahwa keluarga adalah madrasatul uulaa (sekolah pertama), utamanya orang tua mempunyai kewajiban mendidik anak-anaknya sesuai apa yang diajarkan dalam agama kita. Setelah lingkungan keluarga, baru ditambah dengan lingkungan sekolah. Begitu pentingnya pendidikan agama harus ditanamkan, terutama pada agama Islam. Bayangkan saja jika di sekolah tidak ada pendidikan agama, kira-kira apa yang terjadi? Hal-hal yang menakutkan akan terjadi, seperti kerusakan moral, tindakan asusila, dan kriminalitas semakin merebak di negara kita.

Memang tidak semudah membalikkan telapak tangan, sebagai guru Agama Islam dalam mendidik anak-anak sesuai kodratnya memerlukan tekad kuat, apalagi tantangan zaman yang luar biasa. Namun, kita tidak boleh pantang menyerah, harus semangat dan yakin kalau kita mampu membimbing anak didik kita berdasarkan tuntunan agama Islam. Ada pepatah dari Ali bin Abi Thalib yaitu “didiklah anak sesuai zamannya”.

Ki Hajar Dewantara juga menyebutkan dalam filosofinya yaitu pentingnya pendidikan yang berpusat pada anak dan sesuai dengan kodrat alamnya, termasuk kodrat zaman. Jadi guru Agama Islam memegang peran penting dalam membentuk karakter bangsa di era digital ini. Guru Agama Islam harus meng”upgrade” dan meng”update” kemampuan teknologinya. Jangan sampai gagap teknologi atau biasa disebut gaptek, karena yang kita didik adalah anak-anak yang berada pada zaman canggih. Kita harus mengimbangi mereka, karena dengan begitu kita dapat masuk ke dunia mereka dan mudah untuk memberikan bimbingan terutama dalam hal sikap dan perilaku yang sesuai dengan ajaran agama Islam.

Ada beberapa tips menjadi guru digital agar anak didik kita merasa nyaman ketika berinteraksi dengan kita. Yang pertama, kita harus memiliki rasa percaya diri dengan kemampuan yang dimiliki. Kedua, mempunyai semangat dalam menambah ilmu kependidikan dengan mengikuti berbagai pelatihan yang berkaitan dengan teknologi pendidikan. Ketiga, selalu menggunakan teknologi dalam setiap pembelajaran. Terakhir, guru harus mempunyai berbagai akun media sosial seperti YouTube, Instagram, Tik Tok, Blog, Facebook, dan lain sebagainya. Supaya guru dapat menyebarluaskan konten-konten positif yang bersifat mendidik.

Jadi, anak-anak zaman sekarang ini butuh figur pendidik yang asik, menarik, dan mampu menjadi teladan yang baik. Harapannya anak-anak akan lebih termotivasi untuk belajar, mengembangkan potensi tanpa ada rasa terintimidasi. Pertanyaannya, masih adakah guru Agama Islam yang gagap teknologi?

Blitar, 15 Januari 2025
Quratul A’yunina (GPAI SDN Tawangsari 02 Garum)
Juara I Lomba menulis Hardiknas 2024
Ilustrasi gambar: https://pixlr.com/image-generator

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *